.panel{position:fixed;top:20px;left:0;background:#000;-moz-border-radius-topright:10px;-webkit-border-top-right-radius:10px;-moz-border-radius-bottomright:10px;-webkit-border-bottom-right-radius:10px;border:1px solid #444;width:330px;height:auto;filter:alpha(opacity=85);-moz-opacity:0.85;opacity:0.85;display:none;padding:30px 30px 30px 100px} .panel p{color:#ccc;margin:0 0 15px;padding:0} .panel a,.panel a:visited{color:#9FC54E;text-decoration:none;border-bottom:1px solid #9FC54E;margin:0;padding:0} .panel a:hover,.panel a:visited:hover{color:#fff;text-decoration:none;border-bottom:1px solid #fff;margin:0;padding:0} a.trigger{position:fixed;text-decoration:none;top:50px;left:0;font-size:16px;letter-spacing:-1px;font-family:verdana, helvetica, arial, sans-serif;color:#fff;font-weight:700;background:#333 url(http://lh6.ggpht.com/_xcD4JK_dIjU/S4QDwX8gRPI/AAAAAAAAD2U/TdhwLYRRzzA/d/plus.png) 85% 55% no-repeat;border:1px solid #444;-moz-border-radius-topright:10px;-webkit-border-top-right-radius:10px;-moz-border-radius-bottomright:10px;-webkit-border-bottom-right-radius:10px;-moz-border-radius-bottomleft:0;-webkit-border-bottom-left-radius:0;display:block;padding:15px 40px 15px 15px} a.trigger:hover{position:fixed;text-decoration:none;top:50px;left:0;font-size:16px;letter-spacing:-1px;font-family:verdana, helvetica, arial, sans-serif;color:#fff;font-weight:700;background:#222 url(http://lh6.ggpht.com/_xcD4JK_dIjU/S4QDwX8gRPI/AAAAAAAAD2U/TdhwLYRRzzA/d/plus.png) 85% 55% no-repeat;border:1px solid #444;-moz-border-radius-topright:10px;-webkit-border-top-right-radius:10px;-moz-border-radius-bottomright:10px;-webkit-border-bottom-right-radius:10px;-moz-border-radius-bottomleft:0;-webkit-border-bottom-left-radius:0;display:block;padding:15px 40px 15px 15px} a.active.trigger{background:#222 url(http://lh3.ggpht.com/_xcD4JK_dIjU/S4QDvxbreOI/AAAAAAAAD2M/Cz3Q2r5pdTM/d/minus.png) 85% 55% no-repeat} .columns{clear:both;width:330px;line-height:22px;padding:0 0 20px} .colleft{float:left;width:130px;line-height:22px} .colright{float:right;width:130px;line-height:22px} a:focus{outline:none} .panel img{background-color:#262626;border:1px solid #333;float:right;margin:3px 3px 6px 8px;padding:5px} .panel h3{border-bottom:1px solid silver;margin-bottom:5px;padding-bottom:3px;text-align:left;clear:both;color:#FFF;font-size:12px;font-weight:700} .columns ul,.columns ul li{list-style-type:none;margin:0;padding:0}

Kamis, 15 November 2012

Pemijahan Ikan Mas

Lokasi Pemijahan Ikan Mas di UPT BP3K Panguragan

CARA MEMIJAHKAN IKAN MAS
SIAPKAN ALAT DAN BAHAN
 
 I . ALAT       :
 
      - Gergaji , meteran, cangkul, selang, golok ,palu dan Aerator.
 
 II.  BAHAN  :
 
  • Terpal 8 x 5 m, bambu 6 batang, paku, benang, paralon, ijuk,  seser, Ikan Mas Induk Jantan dan betina.
 
 LANGKAH – LANGKAH

  1. Ratakan lahan yang dibutuhkan untuk tempat pemijahan dengan ukuran 7 m x 4 m, setelah lahan rata hamparkan sekam diatasnya secukupnya.
  2. Bambu dipotong-potong dengan ukuran 70 Cm sebanyak 42 potong
  3. Bambu yang panjangnya 6 m sebanyak 5 batang dibelah menjadi 4.
  4. Bambu yang sudah dipotong 70 Cm dipatokan keliling dengan ukuran 50 Cm dari patok pertama ke patok yang lainnya dengan ketinggian 50 Cm DPT, untuk lebih meyakinkan patok itu rata bisa menggunakan selang dilahan yang sudah diratakan. Selanjutnya bambu yang sudah dibelah dipasang dengan pemasangan dari samping kearah keluar untuk menghindari paku kena terpal.
  5. Pasang terpal ukuran  8 m x 5 m dengan benar dan rapih dengan cara memaku di bambu yang atas untuk menghindari bocornya terpal dan diberi lubang pembuangan air dipojok bawah untuk memudahkan dalam penggantian air.
  6. Isi air bak terpal setinggi 30 Cm lalu dipasang Aerator untuk menciptakan air seperti mengalir.
  7. Ijuk yang sudah disiapkan ditatah rapi dengan cara dipasang / dijepit dengan bambu dengan panjang 1,5 m atau disesuaikan dengan kebutuhan sebanyak 6 embleg dan dirangkai dijadukan 2 rangkaian.
  8. Pasang ijuk yang sudah ditap kedalam bak terpal, pemasangan dilakukan dibagi 2 ( 1 dibarat dan 1 ditimur ).
  9. Memilih induk yang siap mijah dengan cara Induk jantan di elus dari bagian perut sampai kebagian anus, kalau ada sperma yang keluar itu yang dipilih, induk betinapun sama dilakukan dengan cara seperti itu tapi yang kelihatan telurnya, ini siap mijah.
  10. Masukan ke bak terpal Induk betina 1 ekor dan 6 – 7 ekor Induk jantan dan biarkan lihat reaksinya dan amati.
  11. Setelah 6 jam dan air mulai ada busa - busa itu sudah dipastikan akan mijah, matikan Aerator supaya air tenang selama 15 menit, amati.
  12. Setelah air tenang selama 15 menit Aerator dijalankan kembali
  13. Setelah berjalan 20 menit masukan putih telur ayam kampung untuk merangsang ikan untuk mijah ( jika perlu )
  14. Ikan akan mulai mijah sampai 3 jam telur akan menempel di ijuk, setelah 3 jam indukan diangkat dan dipisahkan antara jantan dan betinanya lalu dicuci samapai bersih ( tidak bau amis ) dengan cara diguyur dengan air yang jalan sambil memberi oksigen.
  15. Indukan yang sudah bersih dipindah ke balong lagi dan diberi umpan.
  16. Selanjutnya telur ditiriskan selama 30 menit sambil nunggu air di ganti
  17. Pasang telur yang tadi sudah ditiriskan selama 2 hari 1 malam akan menetas. Maximal menetas sampai selesai sampai 4 hari  Selanjutnya adalah pemeliharaan.  

Pembenihan Ikan Lele Dumbo Secara Alami

PEMBENIHAN IKAN LELE DUMBO SECARA ALAMI

TEKNIK PEMIJAHAN
1. Menyediakan Media Pemijahan
a. Menyiapkan Bak Pemijahan
Bak yang dipergunakan cukup dengan ukuran 1 x 1.5 m – 2 x 3 m dengan tinggi 0.6 – 0.8 mtr, sebelum   digunakan bak terlebih dahulu dicuci dengan larutan KMN04 (Kalium Permanganat) dengan dosis 1 sendok teh dicampur dengan 3 liter air atau 5 gram / m3 air, setelah itu larutan dibuang dan bak dibilas dengan air bersih.
b.  Menyiapkan Ijuk sebagai tempat menempelnya telur
Ijuk yang digunakan adalah ijuk yang halus (sudah terpisah dari bagian yang kasar), ijuk sebelumnya dicuci bersih terlebih dahulu dan direndam dalam larutan Kalium Permanganat dan dijemur sampai kering.
c. Menyiapkan air pemijahan
Bak pemijahan diisi dengan air setinggi 30 – 40 cm, air yang digunakan adalah air yang jernih, bebas dari kotoran-kotoran dan zat-zat yang mengandung bahan-bahan kimia seperti : air kaporit, tawas, air sabun, dll
2. Menyiapkan induk lele
a. Merawat Induk lele
Induk yang akan dipijahkan harus diberi pakan yang baik agar dapat menghasilkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan daging bekicot, keong mas, ikan rucah / pellet. Pemberian pakan dilakukan pagi dan sore hari dengan dosis 10% dari total berat badan induk yang dipelihara. Khusus untuk pellet, kadar protein yang diberikan diatas 30%. Kolam penampungan induk hendaknya dekat dengan bak pemijahan agar mudah menangkapnya,sebaiknya induk jantan dan induk betina ditempatkan terpisah
b. Memilih induk lele yang siap pijah
Beda induk ikan lele jantan dan betina adalah :
Induk Betina:
1. Induk lele betina tubuhnya lebih pendek
2. Mempunyai organ genital (alat kelamin) yang bentuknya bulat dan terbelah
Induk Jantan :
1. Tubuh lebih memanjang
2. Alat kelamin bentuknya memanjang
Ciri-ciri induk betina yang siap pijah :
* Bagian perut membesar dan lunak bila diraba
* Dubur dan organ genital terlihat berwarna merah
Ciri-ciri induk jantan yang siap pijah :
* Organ genital (alat kelamin) memerah dan meruncing, panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor.
3. Memijahkan Lele Dumbo
- Isi bak pemijahan dengan air yang jernih dan bebas dari zat-zat kimia sampai dengan ketinggian 30 – 40 cm
- Masukkan ijuk yang telah disiapkan sebagai tempat menempelnya telur hingga menutupi 80% dari      permukaan air
- Masukkan induk lele yang sudah dipilih/diseleksi dengan perbandingan 1:1 dalam berat (artinya jika menggunakan induk betina seberat 1 kg, maka induk jantannya juga harus 1 kg).
- Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih dahulu terjadi kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari ijuk. Pemijahan terjadi saat Induk betina  mengeluarkan telur dan induk jantan mengeluarkan sperma, terjadilah pembuahan sel telur oleh sperma.
- Amati pada pagi hari, jika telur-telur sudah dilepas dan menempel pada ijuk, induk ikan segera dipindahkan dan dikembalikan ke kolam pemeliharaan induk.
4. Menetaskan Telur
- Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak tersebut dengan Kalium Permanganat
- Isi air bersih ke bak penetasan sampai setinggi 20 – 30 cm, kemudian pindahkan/bagikan secara merata telur yang telah menempel pada ijuk tadi. Posisi telur harus terendam didalam air.
- Amati telur-telur tersebut, setelah 24 – 28 jam telur-telur tersebut akan menetas, tergantung dari suhu air, semakin tinggi suhu air, semakin cepat telur menetas.
Larva ikan hasil penetasan telur masih sangat kecil dan lemah, badan transparan dan jika dilihat dengan mikroskop akan terlihat masih mengandung kuning telur.
Telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu dan akan membusuk, sedangkan telur yang terbuahi akan berwarna kuning transparan.
- Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan penetasan telur, sebaiknya diberikan aerasi dengan menggunakan aerator yang berfungsi untuk meningkatkan oksigen terlarut dalam air.
5. Pemeliharaan Larva
- Setelah umur telur lebih dari 72 jam (3 hari setelah menetas), maka ijuk diangkat secara perlahan-lahan dari kolam penetasan telur
- Larva ikan yang baru menetas kondisinya masih sangat lemah, larva ini belum memerlukan pakan tambahan sampai kandungan kuning telur habis. Kandungan kuning telur akan habis setelah 4 hari menetas  (hari ke 5 – 6  setelah pemijahan), untuk menjaga mortalitas yang tinggi, aerasi tetap harus terpasang.
- Memberi Pakan larva
Setelah kandungan kuning telur habis, segera diberi pakan tambahan dari luar. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran bukaan mulutnya. Pakan tambahan yang cocok diberikan adalah pakan alami atau pakan hidup berupa plankton, salah satunya kutu air atau yang lebih dikenal dengan sebutan Daphnia sp. Pemberian pakan lain berupa cacing rambut / cacing sutera / tubifek  dapat diberikan setelah larva berumur 11 hari.Pemberian pakan jenis ini diberikan secara adlibitum (sekenyang-kenyangnya). Jika kesemua pakan diatas tidak tersedia, pemberian kuning telur  yang telah direbus juga dapat diberikan, diberikan pada saat pagi dan sore dengan dosis pemberian 1 butir untuk 5000 ekor larva.
Jika umur benih yang dipelihara sudah mencapai # 1 bulan, pakan yang diberikan dapat berupa pellet yang digiling atau di blender dengan dosis 3 – 5 % dari berat total benih yang dipelihara Untuk mendapatkan benih ukuran 5 –  8 cm waktu pemeliharaan yang dibutuhkan adalah selama # 45 hari, untuk mendapatkan benih ukuran 8 – 12 cm waktu pemeliharaan yang dibutuhkan adalah # 60 hari. Jika benih yang kita pelihara sudah mencapai ukuran diatas, benih tersebut siap untuk dibesarkan ke kolam pembesaran.
Hal-hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih adalah kualitas air. Adapun kisaran kualitas air yang dianjurkan adalah :
* Suhu                                     = 22 – 30 0C,
* pH                                          = 6.5  - 8.5
* Kandungan oksigen terlarut   = 3 ppm
* Ketinggian air                       = 25 – 30 cm
Penggantian air wadah pemeliharaan mutlak harus dilakukan dengan melihat dari kondisi air yang ada, apabila sudah terlalu pekat dan kotor, maka air harus diganti.
Teknik penggantian air adalah air yang ada dikurangi secara perlahan-lahan, sisakan lebih kurang ¼ nya, kemudian tambahkan air yang baru (juga secara perlahan-lahan) sampai dengan kedalaman air normal.

tekhnik pembenihan ikan nila

TEKNIK  PEMBENIHAN  NILA GIFT SECARA MASSAL DAN PEMBESARAN DI TAMBAK
Dayat Bastiawan dan Abdul Wahid
Balai Penelitian Perikanan Air Tawar



I.          PENDAHULUAN
            Secara genetik ikan nila GIFT ( Genetic Improvement for Farmed Tilapia ) telah terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain.  Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora, sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, dalam biaya pakannya rendah.  Padahal Komponen biaya pakan dalam usaha budidaya mencapai 70% dari biaya produksi.  Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan ( Food Conversion Ratio ), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5 - 1,0 ; sedang ikan mas sekitar 2,2 - 2,8.
            Pertumbuhan ikan nila jantan dan betina dalam satu populasi akan selalu jauh berbeda, nila jantan 40% lebih cepat dari pada nila betina.  Disamping itu, yang betina apabila sudah mencapai ukuran 200 g pertumbuhannya semakin lambat, sedangkan yang jantan tetap tumbuh dengan pesat.  Hal ini akan menjadi kendala dalam memproyeksikan produksi.  untuk mengantisipasi  kendala ini, saat ini sudah dilakukan proses jantanisasi atau membuat populasi ikan menjadi jantan semua ( Sex-reversal ) yaitu dengancara pemberian hormon 17 Alpa methyltestosteron selama perkembangan larva sampai umur 17 hari.
            Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di perkolaman secara terkontrol ( pasangan ) dalam bak-bak beton.  Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien, karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
            Pembesaran ikan nila dapat dilakukan di kolam, karamba jaring apung atau di tambak.  Budidaya nila secara monokultur di kolam rata-rata produksinya adalah 25.000 kg/ha/panen, di karamba jaring apung 1.000 kg/unit (50 m2)/panen (200.000 kg/ha/panen), dan di tambak sebanyak 15.000 kg/ha/panen.
            Ada segi positif dari budidaya ikan nila di tambak yaitu pertumbuhannya lebih cepatdibandingkan di kolam atau di jaring apung.  Ikan nila ukuran 5-8 cm yang dibudidayakan di tambak selam 2,5 bulan dapat mencapai 200 g, sedangkan di kolam untuk mencapai ukuran yang sama diperlukan waktu 4 bulan.
            Tekstur daging ikan nila memiliki ciri tidak ada duri kecil dalam dagingnya.  Apabila dipelihara di tambak akan lebih kenyal, dan rasanya lebih gurih, serta tidak berbau lumpur.  Oleh kerena itu, ikan nila layak untuk digunakan sebagai bahan baku dalam industri fillet dan bentuk-bentuk olahan lain. 
A.          Pembenihan
             Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan.  Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat , tidak porous ( rembes ), ketinggian pematang aman ( minimal 30 cm dari permukaan air ), sumber pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing - masing 200 m2.  Di samping itu perlu di perhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu, kucing  dan lain-lain, sehingga dianjurkan agar agar lingkungan perkolaman babas dari pohon pohon yang tinggi dan rindang, sementara sinar matahari pun dapat masuk ke dalam kolam.
            Induk ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor.  perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor /m2.  Pemberian pakan berbentuk pellet sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari.  Induk ikan ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk diantaranya Balai Penelitian Perikanan Air Tawar Sukamandi, sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.
            Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari.  Setiap induk betina menghasilkan larva ( benih baru menetas ) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250-300 ekor larva.  Jumlah ini akan meningkat sampai mencapai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina ( 900 g ).  Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus ( 45 hari ), induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3-4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein diatas 35 %.
            Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasidi kolambiasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya.  Larva -larva tersebut dikumpulkan denga cara diserok memakai serokan yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2 x 0,9 x 0,9 m3.  Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore, dan duusahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu happa.
 B.          Jantanisasi Benih. 
            Untuk mendapatkan benih ikan nila tunggal kelamin jantan ( monoseks ) maka dilakukan proses jantanisasi.  Untuk keperluan ini diperlukan minimal 24 buah happa ukuran masing-masing 2 x 2 x 2 m3 yang ditempatkan dalam kolam dengan luas kurang lebih 400 m2 dan kedalam air minimal 1,5 m.  Kedalam setiap hapa dapat diisi larva ikan sebanyak 20.000-30.000 ekor .  Larva diberi pakan berbentuk tepung yang telah dicampur dengan hormon 17 Alpha Methyl Testosteron sampai masa masa pemeliharaan selama 17 hari.
 
 
.

          
 Larva hasil proses jantanisasi selanjutnya dipelihara dalam kolam pendederan berukuran 200 m2.  Kolam sebelumnya harus dikeringkan, lumpurnya dikeduk, diberi kapur sebanyak 50 g/m2, dan diberi pupuk kotoran ayam sebanyak 250 g/m2.  Setelah pengapuran dan pemupukan, kolam diisi secara perlahan-lahan sampai ketinggian air sekitar 70 cm, digenangi selama 3 hari, diberi pupuk urea dan TSP masing -masing sebanyak 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.  Setelah kolam pendederan terisi air selam 7 hari, benih ikan hasil proses jantanisasi dimasukkan dengan kepadatan 250 ekor/m2.  Pemberian pakan tambahan dapat dilakukan dengan pakan berbentuk tepung yang khusus untuk benih ikan.  Pemupukan ulang dengan urea dan dan TSP dilakukan seminggu sekali dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 kolam dan diberikan selama pemeliharaan ikan.
            Setelah masa pemeliharaan 21 hari, ikan denga bobot rata-rata 1,25 g ( ukuran panjang 3-5 cm ) bisa dipanen.  Untuk panen benih ikan nila sebaiknya digunakan jaring eret pada pengankapan awal.  Bila jumlah ikan dalam kolam diperkirakan tinggal sedikit baru dilakukan pengeringan airnya.
            Ikan mempunyai daya tahan yang baik selama diangkut apabila perutnya dalam keadaan kosong dan suhu air media relatif dingin.  Karena itu apabila akan panen dan diangkut sebaiknya ikan tidak diberi makan minimal 1 hari.  Pengangkutan menggunakan kantong plastik, dimana seper empat bagian berisi air dan tiga per empat bagian berisi oksigen murni yang diberi es balok ukuran 20 x 20 x 20 cm3 ( es balok berada dalam media air bersama benih ikan ).  Kantong plastik dengan volume 20 L bisa diisi ikan ukuran 5 cm maksimal 1.500 ekor/kantong, dengan lama masa toleransi dalam kantong sekitar 10 jam.
C.          Pembesaran di Tambak
            Usaha pembesaran ikan nila di tambak dengan sistem monokultur, mempunyai sasaran produksi untuk pasar domestik maupun ekspor.
            Untuk pembesaran nila di tambak, yang pertama dilakukan adalah tambak diperbaiki pematangnya, saluran air dan pintu-pintu airnya.  Lumpur dasar tambak diangkat, selanjutnya tambak dikeringkan, sehingga semua hama ikan yang suka mengganggu bisa musnah.  Pengapuran dilakukan dengan takaran 50 g/m2 dan pemupukan dengan pupuk kandang sebanyak 250 g/m2.  Kemudian tambak diisi air sampai ketinggian 70 cm, setelah tiga hari dilakukan pemupukan dengan urea dan TSP dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2.  Pada awal pengisian air diusahakan kadar garamnya sekitar 5 ppt dan selanjutnya bisa dinaikan selam masa pemeliharaan sampai 15 ppt.
            Benih yang ditebar sebaiknya berukuran + 1,25 g ( panjang 3-5 cm ) dengan ukuran yang seragam dan sehat ditandai dengan warna cerah, gerakan yang gesit dan responsif terhadap pakan.  Untuk target panen ukuran rata-rata 15 g/ekor (+ 1 bulan ), padat penebaran sebanyak 20 ekor/m2.  Sedangkan untuk terget panen ukuran 500 g/ekor (+ 6 bulan pemeliharaan), padat penebaran sebanyak 4 ekor/m2.
            Selama masa pemeliharaan ini ikan diberi pakan tambahan berbentuk pelet sebanyak 3%-5% per hari dari biomassa, dan diberikan dengan frekuensi tiga kali sehari, pakan tersebut harus berkualitas dengan komposisi protein minimal 25% ( Lampiran 2 ).
            Pada awal pemeliharaan, ketinggian air dipertahankan minimal 70 cm, dan bila masa pemeliharaan telah telah mencapai dua bulan ketinggian air dinaikan, sehingga menjelang pemeliharaan empat bulan ketinggian diusahakan mencapai 1,5 m.
            Pemupukan ulang dengan pupuk kandang dilakukan dua bulan sekali dengan takaran 250 g/m2, sedangkan pemupukan ulang urea dan TSP dilakukan setiap minggu dengan takaran masing-masing 2,5 g/m2 dan 1,25 g/m2 selama masa pemeliharaan.
            Dengan target produksi ukuran 500 g atau lebih per ekor terutama diperlukan untuk produksi fillet, maka masa pemeliharaan adalah sekitar enam bulan.  Pemanenan dilakukan dengan cara disusur dari ujung menggunakan jaring seser.  Bila dirasakan populasi ikan dalam tambak sudah tinggal sedikit, baru air tambak dikeringkan.  Diusahakan ikan hasil tangkapan harus dalam keadaan segar dan prima.  Selainitu, untuk pasar ekspor komoditas nila ini diperlukan penanganan yang lebih hati-hati terutama sekali dari aspek higienis dan penampilan produk.
            Untuk keperluan konsumsi lokal umumnya ikan dengan ukuran rata-rata 200 g/m2 sudah dapat dipasarkan dalam keadaan segar.  Dalam proses penyimpanan, pengankutan dan pemasaran dapat menggunakan es sebagai media untuk mempertahankan kesegaran ikan.