TEKNIK PEMIJAHAN
1. Menyediakan Media Pemijahan
a. Menyiapkan Bak Pemijahan
Bak yang dipergunakan cukup dengan ukuran 1 x 1.5 m – 2 x 3 m dengan
tinggi 0.6 – 0.8 mtr, sebelum digunakan bak terlebih dahulu dicuci
dengan larutan KMN04 (Kalium Permanganat) dengan dosis 1 sendok teh
dicampur dengan 3 liter air atau 5 gram / m3 air, setelah itu larutan
dibuang dan bak dibilas dengan air bersih.
b. Menyiapkan Ijuk sebagai tempat menempelnya telur
Ijuk yang digunakan adalah ijuk yang halus (sudah terpisah dari bagian
yang kasar), ijuk sebelumnya dicuci bersih terlebih dahulu dan direndam
dalam larutan Kalium Permanganat dan dijemur sampai kering.
c. Menyiapkan air pemijahan
Bak pemijahan diisi dengan air setinggi 30 – 40 cm, air yang digunakan
adalah air yang jernih, bebas dari kotoran-kotoran dan zat-zat yang
mengandung bahan-bahan kimia seperti : air kaporit, tawas, air sabun,
dll
2. Menyiapkan induk lele
a. Merawat Induk lele
Induk yang akan dipijahkan harus diberi pakan yang baik agar dapat
menghasilkan benih yang baik. Induk lele setiap hari diberikan pakan
daging bekicot, keong mas, ikan rucah / pellet. Pemberian pakan
dilakukan pagi dan sore hari dengan dosis 10% dari total berat badan
induk yang dipelihara. Khusus untuk pellet, kadar protein yang diberikan
diatas 30%. Kolam penampungan induk hendaknya dekat dengan bak
pemijahan agar mudah menangkapnya,sebaiknya induk jantan dan induk
betina ditempatkan terpisah
b. Memilih induk lele yang siap pijah
Beda induk ikan lele jantan dan betina adalah :
Induk Betina:
1. Induk lele betina tubuhnya lebih pendek
2. Mempunyai organ genital (alat kelamin) yang bentuknya bulat dan terbelah
Induk Jantan :
1. Tubuh lebih memanjang
2. Alat kelamin bentuknya memanjang
Ciri-ciri induk betina yang siap pijah :
* Bagian perut membesar dan lunak bila diraba
* Dubur dan organ genital terlihat berwarna merah
Ciri-ciri induk jantan yang siap pijah :
* Organ genital (alat kelamin) memerah dan meruncing, panjangnya sudah melampaui pangkal sirip ekor.
3. Memijahkan Lele Dumbo
- Isi bak pemijahan dengan air yang jernih dan bebas dari zat-zat kimia sampai dengan ketinggian 30 – 40 cm
- Masukkan ijuk yang telah disiapkan sebagai tempat menempelnya telur hingga menutupi 80% dari permukaan air
- Masukkan induk lele yang sudah dipilih/diseleksi dengan perbandingan
1:1 dalam berat (artinya jika menggunakan induk betina seberat 1 kg,
maka induk jantannya juga harus 1 kg).
- Proses pemijahan akan terjadi pada malam hari yang ditandai terlebih
dahulu terjadi kejar-kejaran antara induk betina dan jantan mengitari
ijuk. Pemijahan terjadi saat Induk betina mengeluarkan telur dan induk
jantan mengeluarkan sperma, terjadilah pembuahan sel telur oleh sperma.
- Amati pada pagi hari, jika telur-telur sudah dilepas dan menempel pada
ijuk, induk ikan segera dipindahkan dan dikembalikan ke kolam
pemeliharaan induk.
4. Menetaskan Telur
- Menyiapkan bak penetasan telur, bersihkan terlebih dahulu bak-bak tersebut dengan Kalium Permanganat
- Isi air bersih ke bak penetasan sampai setinggi 20 – 30 cm, kemudian
pindahkan/bagikan secara merata telur yang telah menempel pada ijuk
tadi. Posisi telur harus terendam didalam air.
- Amati telur-telur tersebut, setelah 24 – 28 jam telur-telur tersebut
akan menetas, tergantung dari suhu air, semakin tinggi suhu air, semakin
cepat telur menetas.
Larva ikan hasil penetasan telur masih sangat kecil dan lemah, badan
transparan dan jika dilihat dengan mikroskop akan terlihat masih
mengandung kuning telur.
Telur yang tidak terbuahi berwarna putih susu dan akan membusuk, sedangkan telur yang terbuahi akan berwarna kuning transparan.
- Untuk meningkatkan tingkat keberhasilan penetasan telur, sebaiknya
diberikan aerasi dengan menggunakan aerator yang berfungsi untuk
meningkatkan oksigen terlarut dalam air.
5. Pemeliharaan Larva
- Setelah umur telur lebih dari 72 jam (3 hari setelah menetas), maka
ijuk diangkat secara perlahan-lahan dari kolam penetasan telur
- Larva ikan yang baru menetas kondisinya masih sangat lemah, larva ini
belum memerlukan pakan tambahan sampai kandungan kuning telur habis.
Kandungan kuning telur akan habis setelah 4 hari menetas (hari ke 5 –
6 setelah pemijahan), untuk menjaga mortalitas yang tinggi, aerasi
tetap harus terpasang.
- Memberi Pakan larva
Setelah kandungan kuning telur habis, segera diberi pakan tambahan
dari luar. Pakan yang diberikan harus sesuai dengan ukuran bukaan
mulutnya. Pakan tambahan yang cocok diberikan adalah pakan alami atau
pakan hidup berupa plankton, salah satunya kutu air atau yang lebih
dikenal dengan sebutan Daphnia sp. Pemberian pakan lain berupa cacing
rambut / cacing sutera / tubifek dapat diberikan setelah larva berumur
11 hari.Pemberian pakan jenis ini diberikan secara adlibitum
(sekenyang-kenyangnya). Jika kesemua pakan diatas tidak tersedia,
pemberian kuning telur yang telah direbus juga dapat diberikan,
diberikan pada saat pagi dan sore dengan dosis pemberian 1 butir untuk
5000 ekor larva.
Jika umur benih yang dipelihara sudah mencapai # 1 bulan, pakan yang
diberikan dapat berupa pellet yang digiling atau di blender dengan dosis
3 – 5 % dari berat total benih yang dipelihara Untuk mendapatkan benih
ukuran 5 – 8 cm waktu pemeliharaan yang dibutuhkan adalah selama # 45
hari, untuk mendapatkan benih ukuran 8 – 12 cm waktu pemeliharaan yang
dibutuhkan adalah # 60 hari. Jika benih yang kita pelihara sudah
mencapai ukuran diatas, benih tersebut siap untuk dibesarkan ke kolam
pembesaran.
Hal-hal yang perlu diperlu diperhatikan dalam pemeliharaan benih
adalah kualitas air. Adapun kisaran kualitas air yang dianjurkan adalah :
* Suhu = 22 – 30 0C,
* pH = 6.5 - 8.5
* Kandungan oksigen terlarut = 3 ppm
* Ketinggian air = 25 – 30 cm
Penggantian air wadah pemeliharaan mutlak harus dilakukan dengan
melihat dari kondisi air yang ada, apabila sudah terlalu pekat dan
kotor, maka air harus diganti.
Teknik penggantian air adalah air yang ada dikurangi secara
perlahan-lahan, sisakan lebih kurang ¼ nya, kemudian tambahkan air yang
baru (juga secara perlahan-lahan) sampai dengan kedalaman air normal.